Pembalap MotoGP, Pecco Bagnaia, tidak melihat dirinya berada dalam peran kepemimpinan di tim pabrikan Ducati pada tahun 2025. Baginya, kedua pembalap berada pada level yang sama. Filosofi ini merupakan sesuatu yang harus diadaptasi oleh Marc Marquez.
Perjalanan Pecco Bagnaia di Musim 2024
Pecco Bagnaia, pembalap andalan tim pabrikan Ducati, menjalani duel seru dengan pembalap tim Pramac, Jorge Martin, dalam perebutan gelar juara dunia MotoGP 2024. Duel ini berlangsung sengit hingga balapan terakhir di Barcelona. Meskipun Bagnaia berhasil meraih kemenangan di 11 Grand Prix sepanjang musim—lebih banyak daripada pembalap lain—ia tetap berada sepuluh poin di belakang Martin.
Kesalahan menjadi faktor utama Bagnaia kehilangan gelar juara. Terlalu banyak poin yang terbuang, terutama dalam balapan sprint, di mana ia sering mengalami kecelakaan dan gagal finis. Di sisi lain, konsistensi Martin menjadi kunci keberhasilannya meraih gelar juara dunia.
“Kami melihat dengan sangat jelas bahwa ada banyak hal yang bisa dipelajari, karena kemenangan bukanlah segalanya,” ujar Bagnaia dalam wawancara dengan motogpblog. “Kami telah mencapai banyak hal dan selalu finis di tiga besar setiap kali menyelesaikan balapan, kecuali di Austin. Saya pikir itu adalah hasil yang cukup baik. Kecelakaan dan rentetan nasib buruk yang kami alami jelas tidak membantu, tetapi dalam situasi tertentu, kekalahan menjadi pelajaran penting. Kami sekarang tahu apa yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan serupa di masa depan.”
Pelajaran Berharga dari Kekalahan
Bagnaia tetap memandang positif musim 2024, meskipun gagal meraih gelar juara dunia. “Itu adalah musim yang luar biasa, dan kami harus bangga. Saya sangat bangga dengan tim saya dan Ducati secara keseluruhan. Seperti yang saya katakan, terkadang kekalahan membantu kita di aspek lain. Jika saya memenangkan gelar, Anda pasti tidak akan melihat semangat sportivitas yang selalu dimiliki Ducati, yang selama tiga tahun terakhir sering disalahartikan,” jelas pembalap berusia 27 tahun itu.
Bagnaia dikenal sebagai pembalap yang menjunjung tinggi sportivitas. Filosofinya ini terlihat dari bagaimana ia memandang kekalahan sebagai cara untuk belajar dan berkembang. Menurutnya, dalam setiap kekalahan selalu ada hikmah yang bisa diambil.
“Anda harus selalu melihat hal baik dari sesuatu yang buruk,” tambahnya.
Tantangan Baru Bersama Marc Marquez
Musim 2025 akan menjadi tahun yang menarik bagi Ducati. Tim pabrikan ini akan memiliki duet impian dengan kehadiran Marc Marquez, pembalap delapan kali juara dunia, sebagai rekan satu tim Bagnaia. Manajer tim Lenovo, Davide Tardozzi, bahkan menyebut mereka sebagai “tim impian.” Namun, kehadiran dua pembalap kelas dunia dalam satu tim juga membawa potensi konflik yang tidak bisa diabaikan.
Marquez baru-baru ini menyatakan bahwa Bagnaia harus mengambil peran sebagai pemimpin tim setidaknya di awal musim dan beberapa balapan pertama. Pernyataan ini menuai perhatian banyak pihak, mengingat dinamika antara dua pembalap papan atas seperti mereka.
Namun, Bagnaia dengan tegas menolak gagasan adanya hierarki di dalam tim. “Saya percaya bahwa tidak seharusnya ada nomor satu di dalam garasi, dan memang tidak pernah ada. Musim selalu dimulai dengan kedudukan yang setara. Para pembalap berada di level yang sama dan memiliki hak suara yang sama. Seiring berjalannya musim, jika salah satu pembalap unggul dalam klasemen sementara yang lain tertinggal, kami harus membantu pembalap yang berada di depan,” jelas Bagnaia.
Menurutnya, strategi Ducati selama ini selalu adil terhadap para pembalap, dan ia yakin Marquez, sebagai pembalap yang sangat cerdas, akan memahami kerangka kerja dan budaya tim.
Filosofi Tim Pabrikan Ducati
Ducati telah lama dikenal sebagai tim yang menjunjung tinggi nilai keadilan di antara pembalapnya. Filosofi ini memungkinkan setiap pembalap untuk memulai musim dengan peluang yang sama, tanpa ada tekanan untuk menjadi yang utama sejak awal. Bagnaia menekankan bahwa pendekatan ini adalah kunci keberhasilan Ducati selama bertahun-tahun.
“Kami telah melihat dalam tes pramusim bahwa kami bekerja dengan sangat baik. Dengan awal yang seperti ini, kami sudah berada di jalur yang tepat,” kata Bagnaia.
Ia juga menambahkan bahwa adaptasi Marquez terhadap budaya tim Ducati berjalan dengan baik. “Marc memahami bahwa ini bukan hanya tentang siapa yang menjadi nomor satu, tetapi bagaimana kami bekerja sama sebagai tim untuk mencapai hasil terbaik,” tambahnya.
Tantangan Konsistensi di MotoGP
MotoGP adalah olahraga yang menuntut konsistensi, tidak hanya kecepatan. Musim 2024 menjadi bukti betapa pentingnya menjaga stabilitas performa sepanjang musim. Jorge Martin menunjukkan bahwa konsistensi bisa mengalahkan jumlah kemenangan.
Bagi Bagnaia, ini adalah pelajaran penting yang akan membantunya di musim mendatang. “Kami tahu bahwa kami memiliki motor yang sangat kompetitif dan tim yang luar biasa. Yang perlu kami lakukan adalah meminimalkan kesalahan dan terus belajar dari pengalaman,” ujarnya.
Harapan untuk Masa Depan
Musim 2025 akan menjadi ujian besar bagi Bagnaia dan Ducati. Dengan kehadiran Marc Marquez, ekspektasi terhadap tim pabrikan ini akan semakin tinggi. Namun, Bagnaia yakin bahwa dengan kerja sama yang solid dan filosofi tim yang adil, mereka dapat menghadapi tantangan ini dengan baik.
“Kami memiliki semua yang kami butuhkan untuk sukses: motor terbaik, tim terbaik, dan pembalap terbaik. Sekarang, semuanya tergantung pada bagaimana kami bekerja sama dan menjaga konsistensi sepanjang musim,” tutup Bagnaia.